Film Thriller Indonesia yang Menggugah Nalar
Adagium merupakan film thriller konspirasi terbaru dari Indonesia yang berhasil mencuri perhatian penonton sejak perilisannya. Disutradarai oleh Rizal Mantovani, film ini menyajikan tema besar yang jarang diangkat di perfilman nasional: benturan antara kebenaran, propaganda, dan kendali teknologi. Dalam era informasi yang penuh manipulasi, Adagium datang membawa pertanyaan besar—siapa sebenarnya yang memegang kendali?
Sinopsis Singkat: Dunia yang Penuh Rekayasa
Cerita Adagium berpusat pada tiga tokoh muda—Arga, Bian, dan Alenda—yang hidup di tengah dunia yang mulai kehilangan kepercayaannya pada realita. Mereka perlahan menyadari bahwa banyak hal yang mereka anggap benar, ternyata merupakan bagian dari rekayasa global yang rumit.
Tanpa disengaja, ketiganya masuk ke dalam pusaran konspirasi besar yang melibatkan kekuatan politik, media, dan teknologi informasi. Dalam proses pencarian kebenaran, mereka menghadapi dilema moral, ancaman nyata, serta pertanyaan eksistensial tentang makna kebebasan berpikir.
Elemen Visual dan Narasi yang Menggugah
Sinematografi dan Atmosfer Distopik
Salah satu kekuatan utama Adagium terletak pada sinematografinya yang bergaya futuristik dan dingin. Kota-kota digambarkan dalam nuansa abu-abu, menggambarkan dunia yang penuh ketidakpastian dan rasa curiga. Tata artistik film ini menciptakan atmosfer distopik yang kuat, seperti dunia Orwellian versi Indonesia.
Narasi Non-linear yang Menantang
Rizal Mantovani menggunakan pendekatan naratif yang tidak konvensional. Penonton diajak untuk menyusun sendiri potongan-potongan cerita dari sudut pandang berbeda, yang terkadang membingungkan namun justru memancing rasa penasaran. Ini membuat Adagium terasa seperti teka-teki besar yang harus dipecahkan bersama karakter utamanya.
Kritik Sosial dan Refleksi Zaman Digital
Lebih dari sekadar hiburan, Adagium menyuguhkan kritik sosial yang tajam terhadap kondisi zaman sekarang. Film ini mempertanyakan batas antara fakta dan hoaks, serta bagaimana opini publik dapat dikendalikan oleh algoritma dan narasi yang dibuat-buat. Isu-isu seperti deepfake, kontrol data pribadi, dan propaganda media menjadi inti cerita.