Aruna & Lidahnya: Ketika Cinta, Persahabatan, dan Makanan Bersatu dalam Perjalanan

Aruna & Lidahnya adalah film drama yang dirilis pada tahun 2018 dan disutradarai oleh Edwin, diadaptasi dari novel karya Laksmi Pamuntjak. Film ini berhasil memadukan tiga elemen penting dalam kehidupan manusia: cinta, persahabatan, dan makanan. Dengan latar perjalanan kuliner di berbagai kota Indonesia, film ini menyuguhkan cerita yang intim namun penuh rasa—secara harfiah dan emosional.

Sinopsis Cerita yang Penuh Warna dan Rasa

1. Aruna dan Misi Kuliner Tak Terduga

Aruna (Dian Sastrowardoyo) adalah seorang ahli wabah yang ditugaskan menyelidiki kasus flu burung di beberapa kota di Indonesia. Namun di balik tugas formal tersebut, Aruna juga menjalani misi pribadi: menjelajahi cita rasa kuliner daerah yang kaya dan autentik. Ia ditemani dua sahabatnya—Nad (Hannah Al Rashid), seorang kritikus kuliner, dan Bono (Nicholas Saputra), seorang koki.

Perjalanan mereka tidak hanya membawa mereka ke berbagai hidangan lezat, tapi juga membuka kembali luka lama dan dinamika hubungan yang rumit. Tak disangka, Farish (Oka Antara), rekan kerja Aruna dan cinta lamanya, juga ikut dalam misi ini, menambah bumbu dalam perjalanan mereka.

2. Lebih dari Sekadar Makanan

Meski penuh referensi kuliner, film ini tidak sekadar bicara soal makanan. Hidangan demi hidangan yang dinikmati para tokohnya menjadi medium untuk membicarakan banyak hal: perasaan yang tertahan, rahasia yang disimpan, hingga pencarian makna hidup dan hubungan antar manusia.

Daya Tarik Film Aruna & Lidahnya

1. Chemistry dan Akting Natural

Dian Sastrowardoyo tampil kuat sebagai Aruna, karakter yang cerdas namun menyimpan kerentanan. Hubungannya dengan Bono dan Nad terasa hangat dan autentik, menggambarkan dinamika persahabatan dewasa. Nicholas Saputra dan Hannah Al Rashid berhasil membawa warna dan humor dalam film ini, sementara Oka Antara memberikan lapisan emosional yang dalam.

2. Visual dan Sajian Kuliner yang Menggoda

Salah satu kekuatan utama film ini adalah bagaimana makanan ditampilkan dengan sangat menggoda. Setiap hidangan ditata indah dan difilmkan dengan close-up yang membuat penonton merasa ikut mencicipi. Kota-kota seperti Surabaya, Pontianak, Singkawang, dan Pamekasan menjadi latar yang memperkaya pengalaman visual.

3. Cerita yang Cerdas dan Penuh Refleksi

Naskah yang ditulis dengan cermat memadukan dialog yang ringan namun bermakna. Film ini mengajak penonton merenung tentang hidup, cinta, dan bagaimana makanan bisa menjadi jalan pulang untuk mengenal diri sendiri dan orang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *