Pemburu di Manchester Biru: Jurnalisme, Sepak Bola, dan Identitas Diri

Pemburu di Manchester Biru adalah film drama yang unik dalam lanskap perfilman Indonesia. Dirilis pada tahun 2020, film ini mengangkat kisah tentang jurnalisme, impian masa muda, dan perjuangan di negeri orang, dengan latar yang tidak biasa: kota Manchester, Inggris.

Sinopsis Film Pemburu di Manchester Biru

Film ini disutradarai oleh Rako Prijanto dan dibintangi oleh Adipati Dolken sebagai tokoh utama bernama Tyo. Tyo adalah seorang jurnalis muda yang dikirim ke Inggris oleh kantornya untuk meliput kehidupan para fans klub sepak bola ternama, Manchester City.

Namun, tugas ini bukanlah tugas biasa. Bagi Tyo, ini adalah perjalanan yang membuka kembali luka lama dan impian masa kecilnya sebagai seorang fans fanatik Manchester United—musuh bebuyutan Manchester City. Di sinilah konflik batin Tyo dimulai: antara profesionalisme sebagai jurnalis dan identitas dirinya sebagai “Merah”.

Antara Profesionalisme dan Loyalitas Fanatik

Salah satu kekuatan utama dari Pemburu di Manchester Biru adalah penggambaran konflik batin yang realistis dan dekat dengan kehidupan nyata. Tyo bukan hanya berjuang melawan cuaca dingin Inggris atau bahasa yang berbeda, tapi juga harus menghadapi “musuh” di wilayah mereka sendiri.

Film ini dengan apik menggambarkan bagaimana seseorang bisa terjebak dalam dilema antara pekerjaan dan keyakinan pribadi. Sebagai jurnalis, Tyo dituntut untuk netral dan objektif. Namun, sebagai fans sepak bola garis keras, hatinya terusik setiap kali melihat biru langit Manchester.

Pengalaman Sinematik yang Tidak Biasa

Tidak banyak film Indonesia yang mengambil lokasi utama di luar negeri dengan produksi serius. Pemburu di Manchester Biru berhasil memanfaatkan latar kota Manchester secara maksimal. Mulai dari stadion Etihad, pub-pub khas Inggris, hingga interaksi dengan fans lokal—semua memberi nuansa yang otentik dan imersif.

Akting Adipati Dolken juga patut diapresiasi. Ia berhasil menunjukkan evolusi karakter Tyo dari seorang yang keras kepala menjadi lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan. Film ini tidak hanya soal sepak bola, tapi juga soal pencarian jati diri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *